Bahkanhingga saat ini masih ada yang percaya bahwa cerita rakyat Situ Bagendit adalah asal muasal terbentuknya Danau Bagendit yang ada di Jawa Barat. Apabila wisatawan menyebutnya situ Patengan hal ini mengacu kepada nama desa dimana danau ini berada. Wisata Eksotis Situ Patenggang Di Bandung Dikelilingi Dengan Perkebunan Teh Legenda Situ Bagendit merupakan salah satu
Situ Bagendit adalah nama danau di Garut, Jawa Barat. Konon, danau tersebut memiliki kisah yang cukup menarik dan patut untuk disimak. Seperti apakah cerita rakyat terbentuknya Situ Bagendit? Simak ulasannya di artikel ini!Kebanyakan daerah-daerah di Indonesia memiliki cerita rakyat, salah satunya adalah Situ Bagendit yang berasal dari Garut, Jawa Barat. Konon, danau tersebut terbentuk karena kekikiran dari seorang wanita yang dipanggil dengan sebutan Nyai menambah harta kekayaannya, ia tega mencurangi warga-warga di desanya yang mayoritas bekerja sebagai petani. Tak hanya kikir, ia juga tak memiliki hati nurani karena tega menyakiti fisik orang apa yang kan terjadi pada Situ Bagendit? Kalau penasaran, kamu mending lanjut membaca cerita rakyat Situ Bagendit yang telah kami sajikan di artikel ini. Tak hanya ceritanya saja, di sini juga telah kami paparkan unsur intrinsik, serba-serbi, dan pesan moralnya. Yuk, baca langsung!Cerita Rakyat Situ Bagendit Sumber Legenda Situ Bagendit – Bee Media Pustaka Alkisah, pada zaman dahulu, di sebuah desa di Garut ada seorang janda kaya raya bernama Nyai Bagendit atau Nyai Endit. Meski hartanya sangatlah berlimpah, ia memiliki sifat yang sangat kikir dan juga tamak. Ditambah lagi, kekayaannya tersebut ia dapatkan dari mencurangi para warga di sekitarnya yang kebanyakan berprofesi sebagai petani. Bukannya membantu tetangga-tetangganya yang miskin dan kesusahan, ia malah tega memanfaatkan mereka. Salah satu penyebab warga-warga di desa tersebut hidup dalam serba kekurangan adalah kecurangan Nyai Bagendit. Saat musim panen tiba, mereka diwajibkan menjual seluruh hasil panen ke Nyai Bagendit. Teganya, perempuan itu membeli hasil panen dengan harga yang sangat murah. Ia bahkan telah menyiapkan lumbung padi yang sangat luas di rumahnya. Tiap musim panen, lumbung tersebut terisi penuh dengan beras dari warga. Sebenarnya, para warga enggan menjual hasil panen mereka ke wanita itu. Tapi kalau menolak, warga bakal dihajar habis-habisan oleh orang suruhan Nyai. Kelak, ketika pasokan padi para warga habis, mereka harus membeli beras dari Nyai Endit dengan harga yang sangat mahal. “Kapan nasib kita bisa berubah, ya? Aku tak tahan hidup seperti ini terus,” ujar salah satu petani ke temannya. “Aku juga sudah tak sanggup hidup seperti ini. Harusnya Tuhan menghukum si lintah darah itu” sahut salah satu temannya. “Sssst, jangan keras-keras atuh ngomongnya! Nanti ada suruhan Nyai yang mendengar percakapan kita. Kita harus sabar. Tuhan pasti bakal memberikan pembalasan yang setimpal pada orang yang bersikap jahat.” ucap seorang petani. Baca juga Cerita Nabi Idris dan Malaikat Maut Masuk Surga Beserta Hikmahnya Bagi Hidup Manusia Nyai Bagendit Enggan Menolong Orang Lain Di sisi lain, Nyai Endit sedang memeriksa lumbung padinya. Matanya berbinar ketika melihat lumbung padinya terisi penuh. “Barja, apakah semua padi hasil panen warga sudah dibeli?” tanya Nyai Endit pada salah satu suruhannya. “Sudah beres, Nyai! Beberapa padi masih disimpan di luar karena lumbungnya sudah tak muat lagi” jawab Barja. “Hahahaha, kerja bagus, Barja! Sebentar lagi, mereka akan kehabisan beras. Lalu, aku akan menjual beras-berasku di lumbung dengan harga yang sangat mahal. Tugasmu selanjutnya adalah mengawasi mereka. Jangan sampai ada yang membeli beras di tempat lain!” ujar Nyai Endit pada Barja. Di suatu siang yang panas, kakek-kakek mendatangi rumah Nyai Endit. Wajahnya tampak pucat, bajunya compang-camping. “Nyai, bolehkah saya minta segelas air minum? Saya sangat haus,” ujar pria berusia senja tersebut. “Hai kau lelaki tua, jangan kau injakkan kaki kotormu itu di rumahku. Pergi kau dari sini!” ujar Nyai Endit dengan suara yang keras. Dengan perasaan sedih dan kecewa, pergilah lelaki itu itu dari rumah Nyai Endit. Kekikiran Nyai Endit tak hanya itu saja. Saat musim kemarau tiba, air sumur warga banyak yang mengalami kekeringan. Hanya tinggal sumur Nyai Endit saja yang masih memililiki persediaan air. Warga pun memberanikan diri untuk minta bantuan pada Nyai Endit. Tapi, mereka justru diusir oleh wanita jahat itu. Datangnya Seorang Nenek Di suatu hari, ada seorang nenek tua renta yang berjalan saja menggunakan bantuan tongkat. Ia mendatangi desa tersebut. Dalam hati, ia berkata “Sungguh kasihan para penduduk di desa ini. Mereka kesusahan hanya karena ulah satu wanita jahat. Sepertinya aku harus berbuat sesuatu.” Lalu, dia berjalan mendekati seorang penduduk yang sedang menumbuk padi, “Nyi, numpang bertanya. Di manakah saya bisa menemukan orang paling kaya di desa ini?” “Maksud nenek rumah Nyai Endit?” jawab perempuan yang bernama Nyi Asih itu. “Sudah dekat, Nek. Nenek lurus saja, sampai pertigaan, lalu belok kiri. Lalu, ada rumah yang sangat besar dan megah. Itulah rumahnya, Nek. Memang, Nenek ada perlu apa?” pungkas Nyi Asih. “Saya ingin minta sedekah padanya,” ujar si nenek. “Ah, percuma saja, Nek! Dia orang yang pelit. Nenek tidak bakal mendapatkan bantuan darinya. Kalau lapar, Nenek makan saja di rumah saya, tapi dengan lauk seadannya, ya,” ujar Nyi Asih. “Tak perlu, Nyi! Aku hanya ingin memastikan sesuatu saja. Aku minta tolong padamu. Besok akan terjadi bencana besar, sampaikan pada seluruh warga untuk mengungsi ke desa lain.” kata nenek itu sambil berjalan menuju rumah Nyai Endit. Nyi Asih pun memercayai kata-kata nenek tersebut. Ia mulai mendatangi rumah-rumah warga untuk memberitahukan pesan dari nenek. Setibanya di rumah Nyai Endit, nenek tua itu memanggilnya berulang kali. “Nyai Endit, keluarlah! Aku butuh bantuanmu,” teriak nenek itu. Dengan kesal, Nyai Endit pun keluar dan memaki nenek tua, “Ada apa kau teriak-teriak memanggilku? Dasar pengemis tua tak tahu diri.” “Aku hanya ingin meminta segelas air, Nyai! Tenggorokanku rasanya sangatlah kering,” ujar nenek itu. “Oke, aku ambilkan air, tapi jangan sampai kau kembali ke sini lagi!” jawab Nyai Endit. Tapi, yang diambil wanita kikir itu bukanlah segelas air, melainkan seember air. Disiramlah nenek tua itu dengan air. Tak hanya itu, Nyai juga menendang kakinya. Sungguh melas nasib nenek tersebut. Tenggelam Bersama Harta Bendanya Sumber Instagram – infobanyuresmi Sebelum pergi, nenek itu menancapkan tongkatnya di depan rumah Nyai. Ia pun berkata, ” Hai, Endit! Selama ini Tuhan memberimu rezeki berlimpah, tapi kenapa kau tak pernah bersyukur? Ketika warga desa kesulitan, kau justru menghambur-hamburkan makanan. Aku datang ke sini sebagai jawaban atas doa-doa para penduduk yang sengsara karena ulahmu.” “Hahaha, kau pikir siapa dirimu? Wanita tua sepertimu takkan bisa apa-apa,” ucap Nyai Endit. “Kalau kau butuh bukti, besok pagi cobalah cabut tongkatku yang kutancapkan di depan rumah ini. Lalu, lihatlah apa yang kan terjadi” ujar sang nenek. “Baiklah! Kaukira aku takut dengan ancamanmu?” sahut Nyai Endit dengan sombong. Keesokan harinya, Nyai Endit meminta suruhannya untuk mencabut tongkat nenek itu. “Barja! Cepat cabut tongkat nenek sialan itu!” ucap Nyai Endit. Meski sudah mencoba berulang kali, Barja tak sanggup mencabutnya. Seluruh suruhannya pun ikut mencoba mencabut, tapi tak ada yang bisa. Lalu, Nyai Endit pun turun tangan. Ia mencoba mencabutnya sendiri. Lalu, hup! Dengan mudah ia berhasil mencabutnya. “Semudah ini saja, kalian tidak bisa?” ucap Nyai. Tapi, bekas tancapan tongkat nenek tua itu terus-terusan mengucurkan air. Semakin lama, airnya pun semakin deras. “Ada apa ini? Kenapa air tak kunjung berhenti?” ucap Nyai kebingungan. Nenek itu pun datang mengambil tongkatnya. “Rasakan kau, Endit! Inilah hukuman buatmu! Air ini adalah air mata para penduduk yang sengsara karena perbuatanmu! Kau dan seluruh hartamu akan tenggelam oleh air ini! ujar si nenek. Setelah mengucapkan hal tersebut, nenek tersebut menghilang entah ke mana. Para warga pun sudah mengungsi ke desa sebelah. Tinggal Nyai Endit saja yang masih tinggal di desa. Ia masih berusaha menyelamatkan harta-hartanya yang perlahan tenggelam. Tak butuh waktu lama, ia pun tenggelam bersama harta-hartanya. Desa tersebut kini berbentuk sebuah danau kecil. Warga menggunakannya sebagai sumber air. Orang-orang lau menamakannya “Situ Bagendit”. Situ sendiri adalah bahasa Sunda yang artinya danau. Baca juga Dongeng Anak-Anak, Kancil dan Musang yang Licik Beserta Ulasan Lengkapnya Unsur Intrinsik Setelah membaca cerita rakyat dari Jawa Barat yang berjudul Situ Bagendit ini, tampaknya kurang lengkap bila belum mengulik unsur-unsur intrinsiknya. Berikut adalah beberapa unsurnya; 1. Tema Dongeng atau cerita rakyat Situ Bagendit memiliki tema tentang karma. Seseorang yang bersikap jahat, maka ia akan mendapatkan balasannya. Sama seperti yang dilakukan Bagendit. Sifatnya yang kikir dibalas Tuhan dengan tenggelamnya ia bersama dengan harta-hartanya. 2. Tokoh dan Perwatakkan Sumber Legenda Situ Bagendit – Djatnika Di dalam legenda Situ Bagendit, ada dua tokoh penting, yaitu Nyai Endit dan nenek tua. Sepanjang cerita, sudah terlihat jelas bila Nyai bersifat jahat, kikir, tamak, dan rakus. Dengan teganya, ia menyiksa para warga demi keuntungan pribadinya. Sedangkan nenek tua memiliki sifat penolong. Ia memiliki kekuatan yang dapat mengubah kesengsaraan para warga menjadi kebahagiaan. Di cerita rakyat Situ Bagendit ini juga ada beberapa pemeran pendukung, seperti kakek tua, Barja, dan Nyi Asih. Kakek tua memiliki sikap yang lemah. Ia adalah korban dari kekerasan Nyai Bagendit. Sama seperti Bagendit, Barja juga memiliki sikap yang keras dan jahat. Kalau Nyi Asih, sikapnya baik hati. Butkinya, ia hendak menolong nenek tua, meski dirinya sendiri pun sedang kesusahan. 3. Latar Karena merupakan legenda terjadinya sebuah tempat, maka latar tempat cerita rakyat Situ Bagendit ini sudah cukup jelas, yakni di Situ Bagendit yang terletak di Garut, Jawa Barat. Ada pun beberapa setting tepat di dalam dongeng Situ Bagendit ini adalah di rumah Nyai Bagendit, di desa, dan di depan rumah Nyi Asih. 4. Alur Cerita Alur yang dipakai dalam dongeng Situ Bagendit ini adalah maju. Kisahnya diceritakan secara runtut mulai dari kondisi warga yang tersiksa karena ulah Nyai Endit, kemudian berakhir dengan balasan setimpal untuk sifat kikir Nyai. 5. Pesan Moral dari Cerita Rakyat Situ Bagendit Pesan moral dari dongeng Situ Bagendit ini adalah pentingnya sesama manusia untuk saling tolong menolong. Bila kamu memiliki rezeki berlimpah, jangan lupa untuk menolong orang yang sedang membutuhkannya. Janganlah pula kamu berbuat jahat pada sesama ciptaan Tuhan. Ingatlah bahwa orang yang jahat akan mendapat balasan setimpal. Tak hanya intrinsik, sebenarnya ada juga unsur ekstrinsik dari dongeng Situ Bagendit. Yakni unsur di luar cerpen yang berkaitan dengan latar belakang masyarakat, penulis, serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Baca juga Cerita Rakyat Putri Siluman dari Lampung dan Ulasannya, Pelajaran tentang Kesetiaan dan Kesabaran Serba-Serbi Selain cerita dan unsur intrinsiknya yang menarik untuk dikulik, Situ Bagendit juga memiliki informasi menarik lainnya. Berikut ini adalah contohnya; 1. Menjadi Tempat Wisata Sumber Wikimedia Commons Situ Bagendit yang berkawasan di Kabupaten Garut ini ternyata dijadikan sebagai objek wisata alam. Selain menikmati keindahan alamnya, aktivitas wisata yang dapat dilakukan di danau ini adalah mengelilingi danau dengan menaiki perahu. Tak hanya itu, di sini juga terdapat sepeda air yang dapat disewa oleh para pengunjung. Di sekeliling pinggir danau terdapat pula kursi-kursi taman. Baca juga Cerita Rakyat dari Papua, Legenda Putri Bungsu dari Danau beserta Ulasan Lengkapnya Sudah Puas dengan Cerita Rakyat Situ Bagendit? Demikianlah dongeng Situ Bagendit yang memiliki kisah menarik. Nah, sekarang kamu sudah puas dengan ceritanya, kan? Jangan lupa untuk membagikan kisah Situ Bagendit ini pada adik, ponakan, atau mungkin anakmu. Sehingga, mereka bisa mempelajar pesan moral yang terkandung di dalamnya. Teruntuk yang penasaran dengan cerita rakyat lainnya, langsung saja kepoin di kanal Ruang Pena. Selain Situ Bagendit, ada pula legenda Keong Mas, Malin Kundang, Danau Toba, Batu Menangis, dan masih banyak lagi. Selamat membaca! PenulisRinta NarizaRinta Nariza, lulusan Universitas Kristen Satya Wacana jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, tapi kurang berbakat menjadi seorang guru. Baginya, menulis bukan sekadar hobi tapi upaya untuk melawan lupa. Penikmat film horor dan drama Asia, serta suka mengaitkan sifat orang dengan zodiaknya. EditorKhonita FitriSeorang penulis dan editor lulusan Universitas Diponegoro jurusan Bahasa Inggris. Passion terbesarnya adalah mempelajari berbagai bahasa asing. Selain bahasa, ambivert yang memiliki prinsip hidup "When there is a will, there's a way" untuk menikmati "hidangan" yang disuguhkan kehidupan ini juga menyukai musik instrumental, buku, genre thriller, dan misteri.
Tidakboleh menghina atau menyinggung masalah SARA (Suku, Agama, Ras, Antargolongan) Contoh-contoh nilai moral dalam cerita legenda: Legenda Sangkuriang memiliki pesan moral: seorang anak tidak boleh berperilaku buruk atau tidak wajar terhadap orang tua atau kita harus hormati orang tua kita.
Legenda Situ Bagendit merupakan salah satu dongeng Sunda yang cukup terkenal. Bahkan hingga saat ini masih ada yang percaya bahwa cerita rakyat Situ Bagendit adalah asal muasal terbentuknya Danau Bagendit yang ada di Jawa Barat. Selain menarik cerita Situ Bagendit juga memiliki pesan moral yang sangat baik. Yuk kita ikuti cerita Legenda Situ Bagendit dan hikmah didalamnya.. Pada zaman dahulu kala, di sebelah utara kota Garut, terdapat sebuah desa yang penduduknya kebanyakan adalah petani. Karena tanah di desa itu sangat subur dan tidak pernah kekurangan air, maka sawah-sawah mereka selalu menghasilkan padi yang berlimpah ruah. Namun meski begitu, para penduduk di desa itu tetap miskin kekurangan. Hal tersebut disebabkan oleh ulah seorang tengkulak bernama Nyai Bagendit. Hari masih sedikit gelap dan embun masih bergayut di dedaunan, namun para penduduk sudah bergegas menuju sawah mereka. Hari ini adalah hari panen. Mereka akan menuai padi yang sudah menguning dan menjualnya kepada Nyai Bagendit. Nyai Bagendit adalah orang terkaya di desa itu. Rumahnya mewah, lumbung padinya sangat luas karena harus cukup menampung padi yang dibelinya dari seluruh petani di desa itu. Ya! Seluruh petani. Dan bukan dengan sukarela para petani itu menjual hasil panennya kepada Nyai Bagendit. Mereka terpaksa menjual semua hasil panennya dengan harga murah kalau tidak ingin cari perkara dengan centeng-centeng suruhan wanita itu. Lalu jika pasokan padi mereka habis, mereka harus membeli dari Nyai Bagendit dengan harga yang melambung tinggi. “Wah kapan ya nasib kita berubah?” ujar seorang petani kepada teman nya.”Tidak tahan saya hidup seperti ini. Kenapa yah, Tuhan tidak menghukum si lintah darat itu?” “Sssst, jangan keras-keras, nanti ada yang dengar!” sahut temannya. “Kita mah harus sabar! Nanti juga akan datang pembalasan yang setimpal bagi orang yang suka berbuat aniaya pada orang lain. Tuhan tidak pernah tidur!” Sementara itu Nyai Bagendit sedang memeriksa lumbung padinya. “Barja.” kata Nyai Bagendit pada centengnya.”Bagaimana? Apakah semua padi sudah dibeli?” “Beres Nyi.” jawab Barja. “Lumbung sudah penuh diisi padi, bahkan beberapa masih kita simpan di luar karena sudah tak muat.” “Ha ha ha ha…! Sebentar lagi mereka akan kehabisan beras dan akan membeli padiku. Aku akan semakin kaya!” Nyai Bagendit tertawa senang. “Awasi terus Para petani itu, jangan sampai mereka menjual hasil panennya ke tempat lain. Beri pelajaran bagi siapa saja yang membangkang!” Cerita Legenda Situ Bagendit Dongeng Sunda Jawa Barat Benar saja, beberapa minggu kemudian para penduduk desa mulai kehabisan bahan makanan bahkan banyak yang sudah mulai menderita kelaparan. Sementara Nyai Bagendit selalu berpesta pora dengan makanan-makanan mewah di rumahnya. “Aduh Pak, persediaan beras kita sudah menipis. Sebentar lagi kita terpaksa harus membeli beras ke Nyai Bagendit.” keluh seorang penduduk desa pada suaminya. “Kata tetangga harganya sekarang lima kali lipat dibanding saat kita jual dulu. Bagaimana ini, Pak?” Pada suatu siang yang panas, dari ujung desa nampak seorang nenek yang berjalan terbungkuk-bungkuk. Dia melewati pemukiman penduduk dengan tatapan penuh iba. “Hmm, kasihan para penduduk ini. Mereka menderita hanya karena kelakuan seorang saja. Sepertinya hal ini harus segera diakhiri.” pikir si nenek. Dia berjalan niendekati seorang penduduk yang sedang menumbuk padi. “Permisi! Saya numpang tanya,” kata si nenek. “Ya, Nek ada apa ya?” jawab wanita yang sedang menumbuk padi tersebut “Dimanakah saya bisa menemukan orang yang paling kaya di desa ini?” Tanya si nenek. “Oh, maksud nenek rumah Nyai Bagendit?” kata wanita itu. “Sudah dekat, Nek. Nenek tinggal lurus saja sampai ketemu pertigaan, lalu belok kiri. Nanti akan terlihat rumah yang sangat besar. Itulah rumahnya. Memang nenek ada periu apa sama Nyai Bagendit?” “Saya mau minta sedekah,” kata si nenek. “Ah percuma saja nenek minta sama dia, tidak akan dia memberinya. Kalau nenek lapar, makanlah di rumah saya, tapi hanya seadanya.” kata wanita itu. “Tidak usah, terima kasih” jawab si nenek. “Saya hanya mau tahu reaksinya kalau ada pengemis yang minta sedekah. Oya, tolong beritahu penduduk desa lainnya agar siap-siap menqungsi. Karena sebentar lagi akan ada banjir besar.” “Nenek bercanda, ya?” kata wanita itu kaget.”Mana mungkin ada banjir di musim kemarau?” “Aku tidak bercanda,” kata si nenek.”Aku adalah orang yang akan memberi pelajaran pada Nyai Bagendit. Maka dari itu segera mengungsilah, bawalah barang berharga milik kalian,” kata si nenek. Setelah itu si nenek pergi meninggalkan wanita tadi yang masih berdiri mematung. Sementara itu Nyai Endit sedang menikmati hidangan yang berlimpah, demikian pula para centengnya. Si pengemis tiba di depan rumah Nyai Endit dan langsung dihadang oleh para centeng. “Hei pengemis tua! Cepat pergi dari sini! Jangan sampai teras rumah ini kotor terinjak kakimu!” bentak centeng. “Saya mau minta sedekah. Mungkin ada sisa makanan yang bisa saya makan. Sudah tiga hari saya tidak makan,” kata si nenek. “Apa peduliku,” bentak centeng. “Kalau mau makan ya beli, jangan minta! Sana, cepat pergi sebelum saya seret.” Tapi si nenek tidak bergeming di tempatnya. “Nyai Endit keluarlah! Aku mau minta sedekah. Nyai Bagendiiit …!” teriak si nenek. Centeng-centeng itu berusaha menyeret si nenek yang terus berteriak-teriak, tapi tidak berhasil. “Siapa sih yang berteriak-teriak di luar,” ujar Nyai Endit. “Mengganggu orang makan saja!” “Nei, siapa kamu nenek tua? Kenapa berteriak-teriak di depan rumah orang?” bentak Nyai Bagendit. “Saya hanya mau minta sedikit makanan karena sudah tiga hari saya tidak makan,”kata nenek. “Tidak ada makanan di sini! Cepat pergi, nanti rumahku kotor.” Namun, sang nenek bukannya pergi tapi justru menancapkan tongkatnya ke tanah lalu memandang Nyai Endit dengan penuh kemarahan. “Bagendit! Selama ini Tuhan memberimu rezeki berlimpah tapi kau tidak bersyukur. Kau kikir! Sementara penduduk desa kelaparan kau malah menghambur-hamburkan makanan” teriak si nenek berapi-api. “Aku datang kesini sebagai jawaban atas doa para penduduk yang sengsara karena ulahmu! Kini bersiaplah menerima hukumanmu.” “Ha ha ha .. Kau mau menghukumku? Tidak salah nih? Kamu tidak lihat centeng-centengku banyak! Sekali pukul saja, kau pasti mati,” kata Nyai Endit. “Tidak perlu repot-repot mengusirku,” kata nenek. “Aku akan pergi dari sini jika kau bisa mencabut tongkatku dari tanah.” “Dasar nenek gila. Apa susahnya mencabut tongkat. Tanpa tenaga pun aku bisa!” kata Nyai Endit sombong. Lalu hup! Nyai Endit mencoba mencabut tongkat itu dengan satu tangan. Ternyata tongkat itu tidak bergeming. Dia coba dengan dua tangan. Hup hup! Masih tidak bergeming juga. “Sialan!” kata Nyai Endit. “Centeng! Cabut tongkat itu! Awas kalau sampai tidak tercabut. Gaji kalian aku potong!” Centeng-centeng itu mencoba mencabut tongkat si nenek, namun meski sudah ditarik oleh tiga orang, tongkat itu tetap tak bergeming. “Ha ha ha. kalian tidak berhasil?” kata si nenek. “Ternyata tenaga kalian tidak seberapa. Lihat aku akan mencabut tongkat ini.” Brut! Dengan sekali hentakan, tongkat itu sudah terangkat dari tanah. Byuuuuurrr!!!! Tiba-tiba dan bekas tancapan tongkat si nenek menyembur air yang sangat deras. “Bagendit! Inilah hukuman untukmu! Air ini adalah air mata Para penduduk yang sengsara karenamu. Kau dan seluruh hartamu akan tenggelam oleh air ini.” Setelah berkata demikian si nenek tiba-tiba menghilang entah kemana. Tinggal Nyai Endit yang panik melihat air yang meluap dengan deras. Dia berusaha berlari menyelamatkan hartanya, namun air bah lebih cepat menenggelamkannya beserta hartanya. Kini, di desa itu terbentuk sebuah danau kecil yang dinamakan Situ Bagendit’ Situ artinya danau dan Bagendit berasal dari nama Bagendit. Beberapa orang percaya bahwa kadang-kadang kita bisa melihat lintah sebesar kasur di dasar danau. Katanya itu adalah penjelmaan Nyai Endit yang tidak berhasil kabur dari jebakan air bah. Pesan moral dari Cerita Legenda Situ Bagendit adalah kita tidak boleh menjadi orang yang sombong, kikir, serta angkuh terhadap orang lain. Bila diberi nikmat harta yang banyak berbagilah dengan sesama. Setelah membaca dongeng sunda situ bagendit ini jangan lupa ambil juga pelajaran yang terkandung didalam dongeng Situ Bagendit.
Dongengatau cerita rakyat Situ Bagendit memiliki tema tentang karma. Seseorang yang bersikap jahat, maka ia akan mendapatkan balasannya. Sama seperti yang dilakukan Bagendit. Sifatnya yang kikir dibalas Tuhan dengan tenggelamnya ia bersama dengan harta-hartanya. 2. Tokoh dan Perwatakkan Sumber: Legenda Situ Bagendit - Djatnika
Bunda siapa yang tidak mengenal cerita rakyat asal Jawa Barat yaitu dongeng Situ Bagendit? Situ Bagendit merupakan sebuah danau yang terletak di kawasan Kota Bogor. Danau indah yang satu ini ternyata menyimpan cerita legenda yang konon menjadi asal-usul terbentuknya danau tersebut. Dongeng Situ Bagendit dapat Bunda jadikan sebagai cerita pengantar tidur Si Kecil lho. Hal ini dikarenakan dongeng Situ Bagendit mengandung banyak pesan moral penting yang dapat diajarkan pada cerita mengenai legenda Situ Bagendit pun sudah hadir dalam berbagai bahasa, mulai dari bahasa Indonesia, Inggris, hingga bahasa Sunda. Bunda bebas memilih dongeng Situ Bagendit dengan beragam bahasa untuk semakin memperkaya kosa kata Si Keci. Bunda dapat menyimak dongeng Situ Bagendit berikut ini dalam beragam bahasa yang sarat dengan pesan rakyat Jawa Barat tentang Legenda Situ BagenditBunda dan Si Kecil dapat menyimak cerita lengkap mengenai dongeng legenda Situ Bagendit yang dikutip dari buku Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara, penerbit Wahyu Media 2008 sebagai berikut. Cerita Situ Bagendit berkisah Nyai enditDi sebuah desa yang subur di sebelah utara Kota Garut, hiduplah seorang janda kaya raya dengan harta yang berlimpah. Wanita itu bernama Nyai Endit. Di seluruh desa, ia paling ditakuti. Dengan kekayaannya ia dapat berbuat apa pun sesuai keinginannya. Banyak penduduk di desa itu yang meminjam uang kepada Nyai Endit meskipun harus membayar utangnya dengan bunga yang sangat tinggi. Nyai Endit juga memiliki pengawal pribadi atau para tukang pukul untuk menagih utang-utang dari penduduk desa dengan paksa. Jika salah seorang penduduk tidak mampu membayar utang berikut bunganya tepat pada waktunya, Nyai Endit akan dengan mudah menyuruh para pengawalnya untuk melakukan tindak kekerasan. Nyai Endit sangat kaya tapi pelit dan sombongSuatu ketika musim paceklik tiba. Para penduduk yang hidup dari bertani mengalami kesulitan. Panen mereka banyak yang gagal. Kelaparan pun melanda sehingga banyak penduduk yang mengalami penyakit busung lapar. Keadaan tersebut sangat jauh berbeda dengan keadaan Nyai Endit. Saat penduduk kesulitan bahan pangan, Nyai Endit justru berpesta pora bersama dengan sanak keluarga dan para tamunya. Sedikit pun Nyai Endit tidak berbagi dengan penduduk yang kelaparan. “Teman-teman dan saudara-saudaraku, makan dan minumlah kalian sepuasnya. kalian tidak akan merasakan penderitaan seperti yang di luar sana karena hasil panenku sangatlah melimpah,” ucap Nyai Endit. Datang kakek pengemis yang meminta sedekahPesta yang digelar Nyai Endit sangatlah meriah, sedangkan di luat tempat tinggalnya yang mewah, para penduduk mengais-ngais tempat sampah demi mendapatkan makanan. Di tengah perjamuan pesta, tiba-tiba pengawal Nyai Endit datang melapor.“Maaf Nyi, di luar seorang pengemis yang memaksa masuk dan membuat keributan. Sepertinya ia ingin meminta sedekah.” ucap pengawal Nyai Endit. “Kurang ajar. Berani-beraninya ia mengganggu pestaku. Cepat usir dia! Aku tidak mau pestaku rusak dibuatnya.” perintah Nyai Endit kepada pengawalnya dengan geram. Dengan sigap, para pengawal Nyai Endit berusaha untuk mengusir kakek pengemis itu. Namun ternyata pengemis tersebut bukanlah orang sembarangan, melainkan seseorang yang sakti. Semua pengawal Nyai Endit tidak ada yang berhasil Endit tenggelam bersama kekayaannya“Baiklah Nyai Endit, jika kau tidak mau berbagi dengan orang lain yang sedang kesulitan, aku akan menunjukkan sesuatu padamu.” kata kakek pengemis. Pengemis itu kemudian mengambil sebatang ranting pohon. Lalu ia menancapkan ranting tersebut ke tanah. “Lihat batang ranting pohon ini! Jika kau bisa mencabutnya, kau termasuk orang-orang yang paling mulia di dunia. Jika kau tidak mampu, kau bisa mewakilkannya kepada orang lain.” seru si pengemis kepada Nyai Endit. Melihat batang ranting itu, Nyai Endit dengan enteng menyuruh salah satu pengawalnya untuk mencabut ranting tersebut, Namun tak disangka, pengawal berbadan kekar dan berotot itu tidak mampu mencabut batang ranting itu. “Ternyata pengawalmu yang kau bayar mahal itu tidak mampu mencabut batang ranting itu. Sekarang kau lihatlah, aku akan mencabut batang ranting ini dari tanah.” Benar saja, dengan mudahnya pengemis tersebut mencabut ranting pohon yang tertancap di tanah. Tiba-tiba dari lubang bekas batang ranting yang tertancap itu keluar air yang memancar dengan deras. Sedangkan kakek pengemis tersebut lenyap dengan tiba-tiba. Tak lama kemudian hujan pun turus dengan derasnya. Sekejap Nyai Endit tenggelam bersama dengan harta kekayaannya. Banjir pun melanda. Kini desa tersebut berubah menjadi sebuah danau bernama Situ Bagendit. Situ berarti danau, sedangkan Bagendit diambil dari nama Nyai Endit. Cerita Legenda Situ Bagendit dalam Bahasa InggrisCerita mengenai Legenda Situs Bagendit dalam Bahasa Inggris berikut dikutip dari The Legend of Situ BagenditLong time ago, far away in an isolated village there was a young rich woman. The house that she had been living in was very big. Her wealth was plentiful. The young woman lived by herself. She didn't have any friend at all. "Wouw, I am very rich! Hahaha, I am the richest woman in this village!" said the young woman while she was looking at her gold and jewelries. It was so pity, that the young woman was very miserly. Her plentiful wealth never been used to help others. "All of the wealth is mine, isn't it? So what am I give it all to other for?" The young woman thought. However, many of villagers were poor. They lived in less condition. Sometimes some villagers were hunger, and didn't get any food for days Because of the young woman miserly, the villagers called her Nyai Endit. Nyai Endit meant the miserly rich person. "Bagenda Endit, have mercy on me! My child has not eaten for few days" said an old woman sadly. "Hi, you crazy old woman! Get away from me!" yelled Nyai Endit threw the old woman away. Because the old woman didn't want to go. Nyai Endit splashed her with water. Splash! and all over the old woman body and her baby became wet. Nyai Endit was a feelingless woman. She didn't even have a little bit mercy to the old woman and her baby. She even got more angry. After that she asked the old woman to get out of her house yard And then she was dragging her out of the yard. Although Nyai Endit was very miserly, the village people kept coming in. The care for the water wheel."No, I won't let you to take away the water from my wheel The water in the wheel is mine!” Nyai Endit yelled angrily. "Ha ha ha you're all stupid! You think you just can take the water from my wheel” Nyai Endit said while she was watching the thirst villagers outside the fence. Suddenly, a decrepit man was standing inNyai Endit house yard. He was walking tottery to the wheel while holding his stick When the old man was trying to take the water. Nyai Endit saw it. Then she hit the old man with a founder "Have mercy on me Nyai Endit! I want to take the water just for a drink said the old man when he was trying to get up. Nyai Endit kept beating the old man. And then, an astonishing thing happened. Suddenly the old man got up with a healthy body. He walked closer to Nyai Endit. He pointed his stick at the cul woman's nose. “Hi. Nyai Endit, take the punishment from me!" said the old man loudly. Then he pointed at the wheel with his stick Wus… byuur, the wheel was sprinkling the water swiftly Not long enough the water was flooding up Nyai Endit couldn't save herself. She drown with all of her wealth The village was disappeared. The thing that left was a wide and deep lake The lake wame Bagendit Situ means a wide lake it was named Situ Bagendit because the wide le cant wheel that belongs to Nyai Sasakala Situ Bagendit dalam Bahasa SundaDikutip dari buku Sasakala Talaga Warna jeung Dongeng-dongeng Lianna, penerbit Kiblat 2012, berikuti dongeng Sasakal Situ Bagendit dalam Bahasa Sunda. Sasakala Situ BagenditJaman baheula di hiji lembur aya randa beunghar. Ceuk paribasana, beungharna Nyi Randa teh estu lubak-libuk sagala boga Kakayaanana bru di juru bro di panto eta Nyi Randa teh katelahna Nyi endit. Awakna jang kung rada ngeusi tapi sorana cempreng. Mun pareng nya rekan bujangna atawa barudak sok laklak dasar bari sorana matak katorekan. Rupana henteu geulis, kitu we saperti urang lembur nu sejen kasebut ngan ukur jajar pasar. Tapi lantaran perbawa kabeungharanana, manehna asa pang geulisna di lembur eta teh. Sapopoe gawena ngan ukur midang nembongkeun papakean jeung perhiasan emas berlian anu sarwa alus. Kongkorong emasna sagede nyere digantelan ku liontin sagede jengkol Geulang kenca katuhu bari alina reunceum dina ramona. Jaba ti eta antingna guntang-gantung beuki tambah gonjleng. Dahareunana unggal poe ngajagrag dina meja makan kadaharan anu ngarareunah, Iwal ti sangu jeung deungeun na dina meja sejen aya rupa-rupa bungbuahan. eta kada haran anu sakitu ngaleuyana teh estu tara kasoro batur sanajan di imahna teh aya nu babantu Jadi sanajan loba dahareun ge Nyi endit mah tara daek barangbere ka batur. Tah najan paparentah kana gawe mah cerewed pisan ka bujang teh ari muruhan mah itungan pisan. Ku kituna kurang dinya mah Nyi endit teh katelah Nyi Randa Medit. Batur salemburna geus apal pisan, meditna Nyi endit lain bae karasa ku bujang-bujangna tapi oge karasa ku batur salemburna Nyi endit mah tara daek campur jeung urang lembur , da cenah sieun karebut harta bandana. Tara daek mere sumbangan keur nu miskin. Mun pareng aya nu bara maen ngalanto ka buruanana sok nitah bujangna ngabu burak, ngusir nitah jauh ulah asup ka buruan. Di lembur eta, Nyi endit siga pisan nu hirup sorangan teu malire ka tatangga, tara daek nulung ka nu butuh tara nalang ka nu susah. Sapopoena nu diriksa ditalingakeun teh ngan ukur harta bandana, sieun aya nu leungit sieun aya nu maling Leuit nu ngajajar digembok dikoncian, pakaian ditumpuk tumpuk dilomarian, duit disumput-sumput dina han dapeun hiji poe ka buruanana aya hiji aki-aki. Awakna begeng bari geus bongkok, make dudukuy samak geus rawing, lengkahna dibarengan iteuk, pakaianana rudin kuleuheu. eta aki-aki teu kanyahoan ti mana jolna ujug ujug geus ngajengjen hareupeun panto bari pok uluk salam ka nu boga imah. "Assalamu'alaikum, nu kagungan bumi aya linggih? Punten aki kumawantun nyuhunkeun sangu sakedik mah lapar aki teh" Kitu pokna bari brek diuk dina emper. Barang Nyi endit ngadenge aya nu pupuntenan bari rek menta sangu gancang bae mukakeun panto Nyi endit ngabedega dina panto bari tutunjuk pok ngagorowok " Naon menta sangu naha kami boga dahareun teh beunang barangpenta kitu . Lapar usaha atuh lain baramaen " Nyi endit pohara ambekna kadatangan aki - aki teh. Lin bae tutunjuk ngusir tapi bari jeung nyuntrungkeun aki-aki tiemper ka buruan ka ditu indit montong datang ka dieu!"Bari nitah badegana ngusir aki-aki ti buruanana. Aki-aki teu bisa kumaha, terus ka luar ditungtun ku tu kang kebon. Hatena pohara nyerina ngadenge babasaan Nyi endit anu kasar, ngusir asa popohoan pisan. Barang geus kaluar ti buruan Nyi endit, eta aki-aki teh teu aya nu nganyahoankeun ka mana leosna, tinggal iteukna we nanceb di buruan Nyi endit, poho mawa meureun aki aki teh. Ambekna Nyi endit acan leler, ret kana iteuk anu nanceb. Serenteng bae, iteuk dicabut bari dibalangkeun ka jalan. Tapi aneh bin ajaib, tina tapak iteuk dicecebkeun teh bet bijil cal mancer ka luhur. Beuki lila beuki gede ngaburial ti jero ta neuh nepi ka ngagulidag minuhan buruan Nyi endit pohara reuwaseunana, manehna gogorowokan ka bujang-bujangna nitah nyocokan liang cai. Tapi cai lain ngorotan malah beuki gede, terus lebleban ngeueum sagala nu aya kaasup imah jeung harta banda Nyi endit. Nyi endit jejeritan menta tulung bari teu leupas ngagagandong harta emas berlianana Tatanggana boro-boro hayang nulungan kabeh mupuas da bongan manehna ge tara daek tutulung ka batur. Cai anu bijil tina iteuk aki-aki tea beuki gede ngumpul ngabalong. Imah Nyi endit ngalelep kakeueum cal Nyi enditna tembong ngangkleung di tengah cai bari keukeuh nanangkeup gembolan kungsi lila Nyi endit teu tembong deui ngilu tilelep ka jero cal eta cai nu terus ngagulidag, beuki lila terus ngabalong gede pisan nepi ka jadi situ. eta situ nepi ka kiwari katelah Situ Bagendit. Pernahna di wewengkon Kacamatan Banyu resmi Kabupaten Garut ayeuna jadi salah sahiji tempat tujuan wisata. Pesan moral atau amanat cerita dari dongeng Situ BagenditDongeng Legenda Situ Bagendit mengajarkan pesan moral bahwa orang yang sombong, kikir, serakah, dan tidak mau menolong orang lain yang sedang kesusahan akan membawa seseorang pada musibah. Maka Bunda, kita sebagai seorang manusia, hendaknya selalu bersikap rendah hati dan berbagi kepada sesama yang membutuhkan. Sikap ini dapat Bunda tanamkan kepada Si Kecil dengan mengajarkan mereka ketika berteman untuk tidak membeda-bedakan mana yang miskin atau yang kaya. Semua anak berhak untuk berteman satu sama lain tanpa memandang status sosial dan ekonomi. Selain itu, tumbuhkan pula jiwa sosial pada Si Kecil agar mereka memiliki sifat rendah hati dan tolong menolong sejak dini. Semoga dongeng Situ Bagendit dalam beragam bahasa di atas beserta dengan pesan moralnya dapat menambah wawasan Bunda dan Si Kecil ingin membeli produk kesehatan dan kebutuhan untuk anak. Langsung aja yuk, Bun klik di dongeng lainnya dalam video berikut[GambasVideo Haibunda] rap/rap
Z2p9a. 6g1vmhpuam.pages.dev/1616g1vmhpuam.pages.dev/1896g1vmhpuam.pages.dev/2726g1vmhpuam.pages.dev/1876g1vmhpuam.pages.dev/1626g1vmhpuam.pages.dev/896g1vmhpuam.pages.dev/1736g1vmhpuam.pages.dev/374
cerita bahasa sunda situ bagendit